Kapolres Tapanuli Selatan AKBP Imam Zamroni, Kamis (2/3) pagi, menjelaskan, sebelum raib, pada Sabtu (25/2) lalu, Kaya Nasution, mengecek lembu miliknya di kandang di Desa Lantosan Rogas. Saat itu, hewan ternaknya masih lengkap.
“Namun pada Senin (27/2), Bapak Kaya Nasution kembali mengecek ternak miliknya bersama orang tuanya. Ia kaget, lantaran tiga ekor lembu miliknya sudah tidak ada di dalam kandang,” jelas Kapolres.
Alhasil, lanjut Kapolres, Kaya Nasution, melakukan upaya pencarian di sekitar kandang. Dari hasil pencarian, ia telah menemukan seekor lembu miliknya sudah dalam keadaan mati dengan kondisi tubuh terdapat bekas cabikan.
“Selanjutnya, Bapak Kaya Nasution melaporkan kejadian tersebut ke pemerintah Desa Lantosan Rogas. Adapun jarak pemukiman dengan lokasi kejadian lebih kurang 3 Km,” imbuh Kapolres.
Kemudian, pada Selasa (28/2), Kaya Nasution, perangkat Desa, dan warga di sekitar lokasi, melakukan pengecekan untuk memastikan kejadian tersebut. Dan hasilnya, mereka menemukan adanya jejak telapak kaki binatang yang kuat dugaan binatang buas harimau.
“Sehingga, sebahagian masyarakat tidak berani lagi pergi ke kebun dan ke sawah,” ucapnya.
Atas kejadian tersebut, lanjut Kapolres, masyarakat melapor ke Bhabinkamtibmas. Pada Rabu (1/3), Bhabinkamtibmas melaporkan kejadian tersebut ke Kapolsek Sipirok, AKP Ismaya dan pihak BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) setempat.
Kapolres menerangkan, dari hasil koordinasi, bahwa pihak BKSDA akan melakukan pengecekan ke lokasi kejadian. Dan hingga saat ini keberadaan dua ekor hewan ternak yang hilang masih belum ditemukan.
“Nantinya, pihak BKSDA bersama Muspika setempat akan melakukan pembersihan di sekitar tempat kejadian. Agar, masyarakat tidak khawatir, takut untuk berangkat ke kebun maupun ke sawah,” pungkasnya.
Sementara Camat Angkola Timur Cos Riady Siregar saat dikonfirmasi awak media melalui telepon seluler, Jum’at (03/03/2023), menyampaikan tim sudah menindaklanjuti konflik atas hilangnya ternak warga yakni tiga ekor lembu tersebut.
“Tentu atas nama Pemerintahan secara resmi hal ini juga sudah saya sampaikan kepada Bupati Tapanuli Selatan Dolly Pasaribu bahwa tim sudah melaksanakan kegiatan penanganan konflik satwa Harimau Sumatera dengan manusia,”bebernya.
Cos mengatakan, pada Kamis (02/03/2023) yang bertempat di Desa Lantosan Rogas, Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapsel bahwa tim baik dari BBKSDA, Kepolisian, Kecamatan, Desa dan masyarakat melaksanakan penanganan konflik tersebut.
Tim melakukan pemantauan dan pengamatan, serta pengumpulan informasi dari masyarakat terkait kronologis kejadian dan tim juga melakukan pengamatan lapangan secara langsung bahkan sosialisasi dan memberikan himbauan kepada masyarakat.
“Adapun yang ditemukan dalam kegiatan ini yaitu, 1/2 badan bangkai sapi yang membusuk berada di sungai, 1 tulang badan bagian belakang sapi, 1 Tulang Kaki belakang sapi, 1 tulang paha sapi,” terang Cos.
Bahkan selain itu, ditemukan juga jejak yang diduga Harimau Sumatera (HS) dewasa, di tiga titik dan jejak anakan HS di satu titik dengan jarak sekitar lebih kurang 10 meter dari jejak HS Dewasa. Bahkan, satu lokasi yang diduga menjadi tempat pengintaian sapi oleh HS juga ditemukan.
Maka dari itu tim menyampaikan pesan Kamtibmas kepada masyarakat agar untuk tidak menggembalakan ternak secara dilepas (liar), tidak menggembalakan ternak ke arah lokasi kejadian.
“Bilamana harus beraktivitas di kebun maupun di sawah yang berdekatan dengan TKP, kiranya agar masyarakat yang melakukan aktivitas secara berkelompok mininal 5 orang serta melakukan aktivitas di luar perkampungan dari jam 10.00 sami pukul 16.00 wib,” kata Cos.
Cos Riady menerangkan untuk tindak lanjut berikutnya, Tim BBKSDA akan melakukan update data lebih lanjut lokasi konflik dan keberadaan satwa HS (Harimau Sumatera) dan sejak 3 – 6 Maret 2023 akan dilakukan penanganan oleh Tim Mitigasi Konflik Satwa HS dengan manusia bersama BBKSDA Sumut. (SMS)