PADANGSIDIMPUAN, HARIAN TABAGSEL.com- Dalam menghadapi pemberlakuan atau penerapan Kurikulum Merdeka Belajar sebagai tindak lanjut kurikulum 2013 yang akan diterapkan pada tahun ajaran 2023-2024, SMP Negeri 1 Kota Padangsidimpuan menggelar In House Training (IHT) program sekolah penggerak angkatan ke 3 bagi seluruh guru atau tenaga pendidik di sekolah tersebut.

Seperti di ketahui bahwa SMP Negeri 1 Padangsidimpuan adalah sekolah Penggerak pertama untuk tingkat SMP di kota ini. Kegiatan IHT ini bekerja sama dengan Institut Pendidikan Tapanuli Selatan (IPTS) Kota Padangsidimpuan yang di laksanakan pada, Sabtu (15/7) di Aula SMP Negeri 1 Padangsidimpuan.

Batras Lubis, MPd Kepala SMP Negeri 1 mengatakan bahwa kegiatan IHT ini adalah pelatihan Internal sekolah untuk meningkatkan kompetensi pendidik atau guru guru dalam implementasi kurikulum merdeka belajar yang akan di terapkan sekolah.

Hal ini juga di butuhkan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas Proses Belajar Mengajar (PBM)serta untuk memaksimalkan kompetensi yang mereka miliki dengan yang akan mereka hadapi dalam proses belajar mengajar nantinya.

“Para tenaga pendidik di sekolah ini terus di bekali untuk memudahkan proses mengajar sesuai pola dan tuntutan kurikulum ini. Guru-guru kita harus siap untuk itu dan sekolah juga siap dengan sarana atau perangkat pendukungnya,” sebut Batras.

Ia juga mengatakan kurikulum merdeka belajar bertujuan mendorong siswa untuk lebih aktif belajar dan mengembangkan dirinya, membentuk sikap yang peduli terhadap lingkungan belajarnya, mampu meningkatkan rasa percaya diri dan mengasah Keterampilannya serta siswa mudah beradaptasi dengan lingkungan masyarakat.

In Haouse Training ini di hadiri perwakilan dari Disdik Psp, Erwinsyah Nasution, pengawas SMP, Sumadianto, SPd dengan narasumber, Edy Syahputra, SPd, MPd dan Dinda Venrina, SPd, MPd,E dari IPTS Psp.

Kabid Dikdas Erwinsyah Nasution yang sekaligus membuka acara IHT ini antara lain mengatakan bahwa kedepan tantangan yang harus dihadapi hampir di semua aspek kehidupan tak terkecuali pendidikan.

Tantangan pendidikan nantinya akan mencakup perubahan pola pikir, perubahan cara belajar, perubahan cara bertindak sebagai upaya untuk terus berinovasi serta mengembangkan kreativitas di berbagai bidang.

“Untuk menjawab tantangan ini, dibutuhkan kolaborasi antara semua pihak, baik pemerintah, pendidik, peserta didik, orang tua, dan komunitas. Salah satunya dengan menitikberatkan pada kecakapan literasi digital. Tidak hanya siswa, pendidik juga dituntut untuk mampu meningkatkan kompetensi dan pemahaman literasi serta menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan keilmuannya,” ujarnya.

Erwin juga berharap agar guru-guru yang bidang studinya sama, agar lebih sering berkomunikasi atau membentuk komunitas supaya dapat saling berbagi pengetahuan yang pada akhirnya untuk memudahkan proses belajar mengajar di sekolah masing-masing. (PAP)