TAPANULI SELATAN, HARIAN TABAGSEL.com– Masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, memohon perhatian Bupati Tapanuli Selatan, Dolly PP Pasaribu untuk pembangunan jalan ke Mosa.

Sebab, jalan yang dimanfaatkan ribuan orang itu kondisinya kupak-kapik. Sehingga masyarakat sulit untuk mengangkut hasil bumi dan berinteraksi dengan warga di luar kawasan tersebut.

“Jika tidak ada hal sangat penting, kami tidak akan keluar dari sana. Apalagi saat musim hujan, hancur kita,” sebut Muhammad Ritonga, warga Lorong 2 Mosa Julu, Desa Gunung Baringin, Minggu (24/9/2023) kemarin.

Dijelaskan, kondisi belasan kilometer jalan yang hancur lebur itu sudah hampir dua tahun. Sudah berulangkali dikeluhkan dan diusulkan pembangunannya, namun tak pernah digubris.

“Pak Bupati Tapsel, tolong perhatikan rakyatmu ini. Karena kami dengar Pemkab Tapsel punya anggaran yang banyak. Sisihkanlah untuk membangun jalan ke Mosa ini,” pinta Ritonga.

Senada dikatakan Suardi Lubis, warga Lingkungan Garonggang Jae, Kelurahan Pardomuan, Kecamatan Angkola Selatan. Rumahnya tidak jauh dari simpang Jalan Mosa.

Pria yang buka warung dan servis kereta ini menyebut kondisi jalan rusak parah itu sudah hampir dua tahun. Keluhan demi keluhan dari warga Mosa dan pendatang dari luar daerah sudah sangat sering ia dengar.

“Saat tidak hujan, abu tebal dan lubang menganga yang menjadi ritangan saat melintasi jalan ke Mosa. Kalau saat musim hujan, jika tak penting kali, gak usah lah pergi ke sana,” ujarnya.

Disebutkan, pengangkutan komoditi paling banyak dari wilayah Mosa saat ini kelapa sawit. Truk pengangkutan tandan buah segar (TBS) setiap hari lalu lalang di jalan itu. Sebelumnya ada juga pengangkutan gelondongan kayu.

Masyarakat di wilayah Mosa banyak yang bertanam holtikultura. Namun harga jualnya sangat rendah akibat ongkos pengangkutan yang cukup besar.

Warga lebih memilih menunggu hari pekan untuk menjual hasil kebunnya. Karena jika di bawa ke pasar akan berat diongkos. Dijual ke pengepul atau toke-toke yang datang ke sana, harganya lebih rendah.

Suardi mencontohkan harga buah sawit di luar Mosa Rp1.600 per kilogram. Namun karena ruas jalan yang rusak parah, terpaksa dipotong ongkos Rp150 per kilo sehingga hanya dihargai Rp1.450 per kilo.

“Bayangkan jika sawit warga itu 3.000 Kg atau 3 ton. Jika ongkos Rp150 per kilo dikali 3.000 menjadi Rp450.000 biaya penjualan yang terpotong,” jelasnya.

Karena itulah Muhammad Ritonga dan Suardi Lubis memohon perhatian Bupati Tapsel untuk pembangunan jalan ke Mosa. Karena ribuan jiwa warga bergantung hidup dari hasil perkebunan dan pertanian di wilayah itu. (SMS)