MEDAN, HARIAN TABAGSEL.com– Usai mendapat laporan dari pengurus Lembaga Burangir Kota Padangsidimpuan (Psp), Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Hassanudin mengunjungi Sakira Nayla Lubis yang sedang dirawat di Rumah Sakit Mitra Sejati, Jalan Jenderal Besar A.H. Nasution No.7, Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan, Minggu (4/1). Sakira Nayla Lubis adalah warga Desa Salambue, Kecamatan Psp Tenggara, Kota Psp yang mengalami pecah tengkorak kepala di bagian belakang.

Bersama Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan, Direktur Rumah Sakit Haji, Rehulina Ginting, Kepala Biro Umum, Dedi Jaminsyah Putra Harahap dan Pengurus Lembaga Burangir, Sri RM Simanungkalit, Kepala Biro Adpim, Moettaqien Hasrimi, Pj Gubernur Sumut melihat secara langsung kondisi Sakira Nayla Lubis yang masih terbaring koma di Ruang NICU.

“Saya kemarin dikabari bahwa ada satu warga kita yang sakit karena didorong dan kepalanya cidera, sehingga diperlukan perawatan secepatnya. Kemudian saya menghubungi Kepala Biro Umum dan Kepala Dinas Kesehatan agar segera memberikan bantuan kepada warga kita. Hari ini saya melihat langsung bagaimana kondisi warga kita yang berasal dari Kota Psp, masih dirawat di NICU,” kata Hassanudin.

Hassanudin juga berkomunikasi dengan orangtua Sakira Nayla Lubis yang setia menunggu sang anak. Dipenuhi rasa haru, Pj Gubernur Sumut itu pun menanyakan ihwal kejadian mengapa sang anak bisa sakit hingga dirawat di rumah sakit di Medan.

Rupanya, Sakira Nayla Lubis (6) pada Kamis, sekitar pukul 22.00 WIB mendapat ejekan dari temannya. Sakira Nayla diejek ‘cengeng’ lantaran suka menangis. Tidak terima diejek, Sakira yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak (TK) itu mencoba melawan dengan menjambak rambut temannya yang lebih besar darinya.

Naasnya, belum sempat menjambak Sakira terpental hingga jatuh. Kepalanya terbentur sudut meja. Mulutnya mengeluarkan busa, matanya pun terpejam hingga tak sadarkan diri. Sakira Nayla pun dibawa ke rumah sakit terdekat, namun peralatan rumah sakit tidak mendukung.

Karena kondisi Sakira Nayla yang kritis dianjurkan segera dibawa ke rumah sakit di Medan. Namun sayangya, Sakira Nayla Lubis tidak terdaftar di BPJS Kesehatan. Sehingga keluarga kesulitan dalam membiayai pengobatan Sakira Nayla yang harus segera dioperasi.

Setelah mendengar kisah itu, Pj Gubernur Hassanudin mengatakan karena Sakira Nayla berasal dari keluarga tidak mampu dan harus mendapat perhatian serius dari pemerintah, maka seluruh administrasi rumah sakit akan menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi Sumut.

“Saya sangat bersyukur, RS Mitra Sejati telah menangani dengan cepat. Saya imbau kepada seluruh rumah sakit sebagai pelayanan masyarakat, apabila pasien yang membutuhkan pelayanan agar segera diberi tindakan pertama. Utamakan keselamatan pasien. Tertib administrasi ya mengikuti, berproses setelah ada penanganan jadi jangan sampai terhambat,” ujar Pj Gubernur Sumut.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit mengatakan kondisi Sakira Nayla terbilang ‘berat’, karena awal masuk ke rumah sakit juga sudah ‘berat’. Kesehatan Sakira Nayla Lubis saat ini masih belum sadar, koma.

“Saat ini ventilator masih terpasang, yang menandakan butuh alat bantu untuk bertahan. Tapi operasinya sudah berjalan dengan baik. Kondisi yang bermasalah sudah dikoreksi, kan ada tulang kepalanya yang pecah, sehingga menekan jaringan otak. Itulah yang menyebabkan kondisinya tidak sadar. Mudah-mudahan setelah ditangani Sakira Nayla Lubis segera pulih,” kata Alwi.

Sakira Nayla Lubis adalah anak kedua dari Astabi Lubis dengan Efrida Yanti. Ayahnya bekerja sebagai buruh nelayan. Sementara sang ibu berjualan ‘kedai sampah’ di rumahnya. Sambil menangis, Efrida Yanti mengucapkan terimakasih atas kehadiran Pj Gubernur Sumut.

Sejak anaknya masuk rumah sakit dan butuh biaya besar, Efrida berupaya mencari pinjaman untuk biaya. Sakira Nayla Lubis tidak terdaftar di BPJS Kesehatan. Dari Psp ia membawa puluhan juta rupiah yang berasal dari pinjaman untuk membayar Down Paymen (DP) rumah sakit. Sayangnya uang yang terkumpul juga masih kurang.

Efrida tak menyangka mendapat perhatian dari orang nomor satu di Sumut. Apalagi, Efrida harus menghadapi kesulitan sendirian. Pasalnya, sang suami hingga saat ini belum mengetahui kondisi anaknya itu.

“Suami saya nelayan di salah satu perusahaan. Pulangnya lama Pak Gub. Dari laut ke Padangsidimpuan butuh waktu dua minggu perjalanan. Saya sudah mencoba mengubungi rekan-rekannya soal anaknya ini,” katanya.

Efrida juga harus meninggalkan dua anaknya di rumah. Ditemani sang adik, Efrida mengucapkan banyak terimakasih atas perhatian Pj Gubernur Sumut serta jajarannya yang bergerak cepat membantu untuk kesembuhan anaknya.

“Saya gak nyangka Pak Pj Gubernur Sumut datang bantu saya. Orang yang punya kedudukan tinggi, mau datang dan bantu saya orang ‘kecil’ yang sedang kesulitan. Saya doakan semoga Bapak Pj Gubernur Sumut sehat, lancar segala urusannya. Saya mengucapkan terimakasih banyak,” ucapnya berlinang air mata. (SMS)