PADANG LAWAS, HARIAN TABAGSEL.com- Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas terus menuai kritikan. Belum selesai soal unit transfusi darah, yang kini masih saja surat perjanjian kerja samanya sedang dibahas dengan RS Permata Madina, muncul lagi soal pelayanan.
Amran Pulungan, salah seorang keluarga pasien yang hendak berobat ke RSUD poly mata, kepada Harian Tabagsel, Senin (23/9) mengaku sangat kecewa terhadap standar pelayanan rumah sakit plat merah itu. Menurutnya, Profesional dan pelaksanaan Manajemen kerja tidak berjalan baik.
Bahkan, kekecewaan warga semakin memuncak akibat pelayanan tidak berjalan secara maksimal dampak profesional kerja yang tidak berjalan.
Seperti registrasi pasien yang masih sistem manual. Warga harus antri terlebih dahulu, meski sudah datang pagi.
Begitu terdaftar, pasien juga harus menunggu dokter. Mestinya ada penegasan dalam aturan yang jelas, kehadiran petugas dan jam kerja petugas.
“Dokter tidak on time. Karena kekurangan tenaga medis. Hal ini membuat pasien menunggu dengan waktu yang tidak jelas. Bisa cepat, bisa lambat. Ini juga tidak berjalan manajemen kerja. Apa tidak difikirkan pasien yang sudah jauh-jauh datang. Sudah antri dari pagi, petugasnya baru datang pukul 08.00 WIB kurang. Habis itu menunggu lagi dokter masuk. Ini sampai pukul 11.00 WIB dokternya belum datang,” keluh Amran.
Amran juga menyinggung persoalan obat-obatan dan Alkes yang menurutnya kurang memadai dari standar kebutuhan. Belum lagi kenyamanan. Gedung dan areal lokasi RSUD yang dipenuhi asap rokok, akibat tidak adanya pengawasan bagian security, meski sudah ada tulisan larangan di dinding.
“Ini ketidak becusan pemimpin RSUD dalam mengelola Rumah Sakit. Sebagai tempat pelayanan Publik paling tinggi untuk kesehatan. Hari gini masih manual. Gimana profesional kerja dan perencanaan program kerja seorang pemimpin RSUD ? Jangan status aja yang dikejar sebagai pimpinan. Nyatanya ga becus dalam memimpin,” tegas Direktur Eksekutif Lembaga Pemerhati Pembaharuan Indonesia ini (LP2I).
Tentu persoalan RSUD ini harus serius disikapi. Terlebih perhatian khusus bagi Pj Bupati Palas diharapkan dalam melakukan evaluasi pemerintahannya terkhusus kesehatan.
“Ternyata kehadiran Presiden RI Jokowi ke RSUD hanya menutupi kelemahan, bukan perbaikan. Sempat dinyatakan dokter cukup, Alkes baik dan lengkap atau fasilitas yang memadai. Rupanya masih jauh dari hasil Akreditasi dan peningkatan mutu RSUD. Antrian yang panjang dan lama itu diakibatkan tidak profesionalnya pengelolaan RSUD,” tandasnya.
Sayangnya, Direktur RSUD dr Afandi Siregar tidak ada ditempat. Hingga pukul 11.00 WIB ditunggu, tak kunjung datang.
Pun begitu dengan Kabid Pelayanan, Ahmad Hasan Pulungan juga tidak ada di tempat. Saat dihubungi tidak ada jawaban. Dan malah mengarahkan awak media ke Humas RSUD.
“Konfirmasi ke Humas ya, Pak Benni,” tulisnya lewat pesan.
Dan ternyata Humas RSUD yang dimaksud juga tidak berada di tempat. Saat dicoba dihubungi anggotanya, tidak menyambung. (tan)