MANDAILING NATAL, HARIAN TABAGSEL.com– Tiga saluran irigasi primer (saluran induk) yang mengairi ribuan hektar sawah di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Provinsi Sumatera Utara dalam satu tahun terakhir rusak. Kondisi ini turut memicu melambungnya harga beras karena daerah Madina kehilangan ribuan ton produksi padi setiap musim.

Harga beras di Kabupaten Madina, dalam beberapa minggu terakhir mengalami lonjakan yang sangat tajam.

Selain pengaruh harga secara nasional, melambungnya harga beras akibat banyaknya sawah di Madina gagal tanam.

Hampir 2000 hektar sawah di Madina tidak bisa ditanami karena saluran irigasi rusak sehingga tidak ada ketersediaan air untuk persawahan.

Sedikitnya tiga saluran irigasi primer yang rusak di Madina, diantaranya saluran Sipon di Aek Pohon Kelurahan Pidoli Dolok, Kecamatan Panyabungan. Sudah hampir dua tahun tidak bisa digunakan karena saluran dibawah permukaan patah.

Akibatnya sekitar 1300 hektar sawah di wilayah Kecamatan Panyabungan gagal tanam.

Saluran irigasi lainnya yang rusak adalah saluran irigasi primer di Kelurahan Simangambat, Kecamatan Siabu. Sudah hampir satu tahun saluran irigasi tersebut tidak bisa digunakan karena ambruk diterjang banjir. Akibatnya sekitar 300 hektar sawah di daerah tersebut gagal tanam.

Kemudian saluran irigasi di daerah Sihepeng, Kecamatan Siabu, saluran irigasi di daerah tersebut tertimbun longsor sehingga 400 hektar sawah mengalami gagal tanam.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Madina, Siar Nasution, membenarkan hal tersebut dan sangat berdampak pada produksi padi di Kabupaten Madina.

“Kita rata – ratakan aja produksinya 5 ton per hektar untuk sekali musim, jadi kita sudah kehilangan produksi hampir 10 ribu ton per musim atau hampir 20 ribu ton per tahun,” terang Siar Nasution.

Terkait pergerakan harga pangan yang sangat signifikan, Siar Nasution menyebutkan hal tersebut sudah menjadi hukum pasar.

“Kabupaten Madina selama ini memang surplus beras, namun karena keterbatasan stok beras, banyak produksi kita dibeli pedagang dari luar daerah atau produksi kita dibawa keluar. Memang secara nasional produksi Gabah kering giling jauh mengalami penurunan akibat ELNINO, sehingga harga beras terus mengalami lonjakan karena terbatasnya produksi” sambung Siar Nasution.

Terkait saluran irigasi yang rusak, Siar Nasution menyebutkan hal tersebut sudah dilaporkan ke Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Sumatera Utara karena jaringan tersebut di bawah tanggung jawab Balai.

“Melalui pak Bupati, kita sudah menyurati kondisi ini sejak awal kepada BWS, Alhamdulillah untuk yang Sipon di Pidoli sudah mulai dikerjakan. Kita akan terus mendesak pihak Balai untuk memperbaiki saluran irigasi tersebut agar produksi padi kita kembali normal” pungkas Siar Nasution. (Romulo Siregar/Zakaria)