PADANGSIDIMPUAN, HARIAN TABAGSEL.com- Bencana banjir dan longsor yang mengepung wilayah Kota Padangsidimpuan pada Kamis (13/3) malam sampai Jumat (14/3/2025) dini hari, disebut sebagai karma dari pemakaian halaman Masjid Raya atau Masjid Agung Al Abror sebagai lokasi pasar pabukoan dan pentas seni Ramadhan Fair.

“Bayangkan riuhnya suara orang di pasar pabukoan itu ketika umat muslim sedang shalat Ashar dan Maghrib di dalam masjid. Belum lagi keluhan warga sekitar lokasi yang kesulitan untuk masuk ke rumah mereka karena jalan tertutup,” sebut Tabah Siregar dan Rahman Nasution.

Warga Padangsidimpuan yang sama-sama alumni Pesantren Mustafawiyah Purba Baru Mandailing Natal itu menyebut, masjid apalagi sekelas Masjid Agung Al Abror semestinya dijaga kemuliannya.

Mungkin tidak ada yang mengungkapkan keluhan secara langsung, karena Ramadhan Fair ini pemerintah daerah yang mengadakannya.

Tetapi banyak yang berkeluh kesah karena sulitnya tempat parkir dan bisingnya suara ketika umat muslim beribadah di dalam masjid.

“Kami yakin akan banyak yang mencela pendapat kami ini. Namun menurut kami, bencana ini adalah teguran akibat pemakaian halaman Masjid Agung Al Abror sebagai pasar. Masjid itu dimakmurkan dengan ibadah, bukan dengan riuhnya pasar,” kata Tabah dan Rahman.

Disebutkan, sungai yang meluap di seluruh wilayah Kota Padangsidimpuan itu volume airnya sangat luar biasa.

Seperti Jembatan Virgo yang tergenang hingga setinggi lutut orang dewasa. Padahal, jarak antara dasar sunga Batang Ayumi ke aspal jembatan hampir 6 meter.

Demikian juga sungai Batang Angkola di Jembatan Sihitang. Luapan air menggenangi perumahan yang ada di kanan jembatan dari arah pusat kota. Padahal dasar sungai ke halaman perumahan itu jaraknya hampir 8 meter.

Sungai Aek Sibontar juga meluap dan volume air yang tinggi dapat dilihan dari Jembatan Timbangan maupun Jembatan Pangkal Dolok di dekat simpang STM Taruna, Kecamatan Padangsidimpuan Utara.

Selain banjir, bencana longsor juga terjadi di Bukit Tele Tubis dan daerah Tanggal di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.

Longsor itu memaksa harus dilakukan pemadaman listrik dan sebagian wilayah Padangsidimpuan gelap gulita sampai dini hari.

“Kami hanya berpendapat bencana ini sebagai teguran akibat pemakaian halaman Masjid Agung Al Abror menjadi pasar pabukoan dan penampilan tari-tarian. Selebihnya, mari sama-sama kita renungkan,” ajak Tabah dan Rahman.

Pemerhati Sosial, UF Hasibuan bahkan meminta Pemko Padangsdimpuan untuk berpikir ulang melakukan pemindahan pasar Pabukoan dengan segala konsekuensi meskipun sudah terlambat.

“Mesjid itu dimakmurkan dengan kegiatan ibadah, bukan dengan kegiatan jual beli yang mengganggu kekhusyukan orang beribadah. Mungkin ini peringatan dan teguran dari pemilik semesta alam. Karena Rumah Allah SWT dijadikan tempat berdagang,” katanya. (Tim Redaksi)